|
Sabtu, 30 Oktober 2010
i-mobile TV650 Touch
Lala Karmela - Satu Jam Saja (OST Satu Jam Saja)
Lala Karmela - Satu Jam Saja
Artis / Band : Lala Karmela
Judul Lagu : Satu Jam Saja
Tahun : 2010
Format : MP3
Lagu “Lala Karmela - Satu Jam Saja” disini hanya untuk Review Lagu saja, sebelum anda yakin akan membeli Kaset, CD Original ataupun akan menggunakan lagu tersebut sebagai Nada Sambung Pribadi (NSP) / Ring Back Tone (RBT).
Klik pada judul lagu di bawah untuk mendengarkan
Lala Karmela - Satu Jam Saja
Lala Karmela Andalkan Tohpati
Nama Lala Karmela di blantika musik tanah air boleh jadi baru. Tapi, sebagai pendatang baru justru didukung oleh sejumlah musisi profesional yang sudah tersohor.
Sentuhan tangan Baron dan Tohpati yang turut mengaransemen lagunya dalam album terbarunya ikut mewarnai album teranyarnya.
"Untuk urusan aransemen aku andalkan musisi yang bagus-bagus seperti Tohpati, dan Baron," kata Lala saat ditemui di Kebon Jeruk Juumat (1/10/2010).
Sekarang, sudah ada dua single hits yang dinyanyikan Lala. Lagunya memang sudah tak asing lagi. Namun di tangan Tohpati dan Baron, 'Hasrat Cinta', dan 'Satu Jam Sajam pun membuat Lala patut diperhitungkan di jagat musik Indonesia.
Katanya, mau meluncurkan album anyar ya?.Lala mengakuinya, namun masih tetap merahasiakan judul albumnya yang rilis bulan Oktober ini.
"Ya, albumku yang terbaru ini, masih dirahasiakan, Launching Oktober nanti. Pokoknya judulnya masih dirahasiakan ya," katanya sembari tersenyum.
Dengan mengusung lagu bertema pop, Lala juga pasti telah memiliki inspirasi baik dari penyanyi yang berasal dari dalam negeri, maupun dari mancanegara.
"Dari luar (negeri) aku dari dulu suka Alanis Morisette, dan Sheryl crow, karena mereka itu penyanyi pop yang keren-keren suaranya. Terus kalau dari dalam negeri, aku suka Ari Lasso dan Gigi. Selain itu, suka juga karya dari Agnes Monica," tambah penyanyi bernama lengkap Lala Karmela ini.
"Tetapi lagu andalan/carrier songnya yang berjudul Hasrat Cinta itu," jelas Lala yang sedang mengenakan busana berwarna merah tersebut.
Namun, di acara hari itu, ia membawakan lagu berjudul 'Satu Jam Saja' yang sudah mulai dikenal oleh para penikmat musik.
Lala Karmela
Satu lagi penyanyi asal Indonesia berhasil dikenal di negeri tetangga, jauh lebih dulu daripada di negaranya sendiri. Kini, ia kembali ke Indonesia untuk membesarkan namanya di negeri sendiri.
Photo by: Dokumentasi Istimewa
Untuk yang belum mengenal seorang Lala Karmela, tolong gambarkan siapa Anda?
Saya suka musik dari kecil karena bokap musisi. Saya lahir dan besar di Jakarta, kuliah di D3 Universitas Indonesia, sempat bermain sinetron, dan pada akhirnya dapat kesempatan membuat album di Filipina di bawah Warner Music Filipina. Setelah 3 tahun di sana, saya kembali ke Indonesia dan dalam proses pembuatan album di bawah Sony Music yang rencananya rilis Oktober 2010.
Bagaimana ceritanya Anda bisa membuat album di Filipina?
Waktu itu sedang liburan dan mengunjungi keluarga di sana. Saat makan malam di sebuah kafe, saya ngejam dengan pengisi acara. Ternyata, setelah itu, ada orang-orang Warner Music yang ngajak saya berbincang-bincang dan menawarkan untuk membuat album di Filipina. Saya baru kembali ke Filipina setahun kemudian karena harus menyelesaikan kuliah dulu. Sebenarnya, tidak menyangka kalau kesempatannya datang di Filipina, padahal saya orang Indonesia. Itu namanya rezeki yang tidak bisa diduga.
Selama 3 tahun di Filipina, apa saja yang Anda lakukan?
Membuat album, menjalani promo dengan manggung sana-sini, merilis 3 single, sempat membuat iklan juga, dan berduet dengan artis Warner Music Filipina yang besar di sini, Christian Bautista.
Apa nama judul album Anda ketika Filipina dan meledakkah album itu di sana?
Judul albumnya Stars. Kalau untuk meledak atau tidaknya, saya kurang tahu. Tapi, responsnya cukup baik sekali karena ketika saya menjadi performing act untuk Click Five, banyak penonton yang sing a long lagu saya. Selain itu, saya juga mendapat nominasi Best New Female Artist, Best New Comer, dan duet dengan Christian Bautista juga mendapatkan nominasi Best Duet Perfomance.
Menurut Anda, lebih mudah mempopulerkan karya di negeri sendiri atau di negara lain?
Dua-duanya memiliki tantangan tersendiri. Waktu di Filipina lebih beradaptasi dengan 'iklim' musik dan audience di sana. Alhamdulillah semua berjalan lancar. Kalau di Indonesia, tantangannya lebih kepada selera musik masyarakat. Tapi, semua tantangan itu terdapat pelajaran, jadi dinikmati saja.
Anda digadang-gadang sejajar dengan Christian Bautista, bagaimana tanggapan Anda?
Ha-ha. Nggak lah. Christian lebih senior dan kariernya pun sudah bagus. Ketika dia terkenal di sini pun aku masih di sini. Kalau untuk disejajarkan dengannya nggaklah. I would humble my self to say no.
Anda sudah mendapatkan yang Anda mau di Filipina. Apa alasan kembali ke Indonesia?
Awalnya, balik ke Indonesia karena liburan. Lalu, Warner Indonesia dan Filipina setuju untuk merilis salah satu lagu yang berjudul “What About You” dan responsnya bagus. Selama liburan di sini, saya malah promo (media gathering, tur ke radio-radio) dan setelah itu kembali ke Filipina. Saat di Filipina, aku berpikir mungkin ini saatnya berkarier di Indonesia. Apabila lanjut di Filipina, saat kembali ke Indonesia mungkin saya sudah terlalu tua. Kebetulan, kontrak dengan Warner pun habis jadi saya memutuskan kembali ke Indonesia, kemudian sign kontrak dengan Sony Music.
Mengapa Anda memilih dunia tarik suara ketika kembali di sini? Bukan jadi artis sinetron saja yang notabene uangnya lebih cepat?
Karena passion saya di musik, sinetron bukan prioritas utama. Tapi, tidak tahu untuk ke depannya. Saya tetap akan memilih-milih peran bila nantinya saya terjun ke dunia sinetron.
Konsep Anda ketika di panggung itu solo atau band?
Saya adalah solo artist cuma kalau di atas panggung diiringi band yang personelnya saya pilih sendiri.
Apa genre musik Anda, dan adakah perubahan genre antara album di Filipina dan yang akan rilis di Indonesia?
Benang merahnya tetap sama, yaitu pop folk, hanya di album baru ini karena aku semakin dewasa, mengeksplorasi musik yang saya suka, juga bekerja sama dengan beberapa musisi senior, seperti Tohpati, Baron, dan lain-lain.
Lebih maju mana industri musik Indonesia dengan Filipina?
Bila dilihat dari jumlah penduduk yang hampir 200 juta dan RBT yang sedang maju, industri musik di Indonesia lebih maju dan lebih menguntungkan juga.
Apa yang Anda dapat setelah 3 tahun di Filipina?
Saya mendapat pengalaman banyak sekali khususnya dalam hal bermusik. Belajar beradaptasi dengan budaya dan crowd yang berbeda, merasakan manggung bareng dengan band-band besar dari Filipina, seperti River Maya.
Goals Anda dalam waktu dekat?
Semoga album yang dirilis oleh Sony Music di sini dapat diterima oleh masyarakat. Suatu hari nanti, saya ingin menjadi produser, bisa membagi musik saya tidak hanya di Indonesia dan Filipina. Mungkin suatu saat bisa menembus Australia.Sabtu, 27 Maret 2010
Inilah Bocoran Cerita "Eat, Pray, Love" yang Dibintangi Julia Roberts
Ryan Murphy, Jennifer Salt; PEMAIN: Julia Roberts (Elizabeth Gilbert), Javier Bardem (Felipe),
Richard Jenkins (Richard), Viola Davis (Delia)JAKARTA, KOMPAS.com — Julia Roberts, peraih Oscar 2001 ketika memerankan Erin Brokovich, tengah menjalani shooting film terbarunya, Eat, Pray, Love, di sejumlah lokasi di Bali, Indonesia, hingga pertengahan November mendatang.
Julia Robert saat syuting film berjudul “Eat, Pray, Love” di pantai Padang-Padang, desa Pecatu, Bali.
Seperti apakah kisah dari film yang ceritanya diangkat dari kisah nyata Elizabeth Gilbert, seorang jurnalis perempuan yang resah mencari makna kehidupan. Berikut kisahnya:
Artis Hollywood, Julia Roberts (tengah), menerima “air suci” dari seorang Pendeta Hindu, dalam syuting filmnya berjudul “Eat, Pray, Love” di pasar Ubud pada Selasa tanggal 20 Oktober 2009. (Sumber: NyPost)
Memasuki usia 30 tahun, Gilbert telah mendapatkan semua yang diinginkan oleh seorang wanita Amerika modern, yaitu seorang pendamping hidup, rumah mewah, dan karier yang cemerlang.
Namun, semua itu tak membuatnya bahagia. Gilbert yang ambisius justru menjadi panik, sedih, dan bimbang menghadapi kehidupannya. Gilbert merasakan pedihnya perceraian, depresi, kegagalan cinta, dan kehilangan pegangan dalam hidupnya.
Julia Roberts (kiri) dan Javier Bardem saat syuting film di pasar Ubud 20 Oktober 2009. (Sumber: NyPost)
Untuk memulihkan dirinya, Gilbert pun mengambil langkah yang cukup ekstrem. Dia meninggalkan pekerjaan dan orang-orang yang dikasihinya untuk melakukan petualangan seorang diri berkeliling dunia.
Julia Roberts bersama para pengawalnya saat syuting film di pasar Ubud 20 Oktober 2009. (Sumber: NyPost)
Bagi seorang perempuan yang berpenampilan menarik, perjalanan solo ini jelas petualangan seru. Makan, doa, dan cinta adalah catatan kejadian di bulan-bulan pencarian jati dirinya itu.
Dalam petualangannya itu, Gilbert menetapkan tujuan ke tiga tempat berbeda. Di setiap negara, ia meneliti aspek kehidupan dengan latar budayanya masing-masing.
Julia Roberts (ke 2 dari kiri) dan bintang film Javier Bardem, saat syuting film di pantai Padang-Padang , desa Pecatu. (Sumber: NyPost)
Italia menjadi tempat tujuan pertamanya. Di negeri nan elok ini, Gilbert mempelajari seni menikmati hidup dan bahasa Italia. Tak lupa, ia juga mengumbar nafsu makannya dengan menyantap aneka masakan Italia yang enak-enak. Wajar saja jika kemudian bobot tubuhnya pun bertambah 12 kilogram.
Julia Roberts dan Javier Bardem sedang bercanda bersama kru film saat mereka mempersiapkan syuting film di pantai Padang-Padang, desa Pecatu. (Sumber: Dailymail)
Dari Italia, Gilbert bertolak menuju India. Di negeri ini dia mempelajari seni devosi atau penyerahan diri di sebuah Ashram atau padepokan Hindu. Ia menghabiskan waktu empat bulan untuk mengeksplorasi sisi spiritualnya.
Julia Roberts merangkul Javier Barden sambil tertawa, saat syuting film berjudul “Eat, Pray, Love” di pantai Padang-Padang, desa Pecatu. (Sumber: Dailymail )
Akhirnya, Bali menjadi tujuan terakhirnya. Di Pulau Dewata inilah wanita matang ini menemukan tujuan hidupnya, yakni kehidupan yang seimbang antara kegembiraan duniawi dan ketenangan batin.
Julia Roberts terlihat agak gamang ketika akan berenang di laut pantai Padang-Padang saat syuting di hari yang sangat panas di pantai Padang-Padang. (Sumber: Dailymail)
Ia menjadi murid seorang dukun tua bernama Ketut Liyer yang juga seorang pelukis dan peramal lewat bacaan garis tangan. Gilbert juga bersahabat dengan Nyoman, penjual jamu tradisional Bali.
Setelah lama Julia Roberts berendam di laut, akhirnya Julia naik ke darat kembali. (Sumber: Dailymail).
Dan yang terpenting, di Bali, Gilbert yang sudah apatis dan merasa tak akan pernah lagi bisa berhubungan romantis dengan lelaki mana pun, akhirnya malah menemukan kembali cinta sejati pada diri Felipe, pria separuh baya asal Brasil yang jauh lebih tua darinya.
Tak cuma berakting, Julia Roberts juga menjadi produser eksekutif untuk film ini. Aktor terkenal Brad Pitt juga turut terlibat. Pemilik Plan B Entertaiment ini juga menjadi produser Eat, Pray, Love. Hmm... jadi makin penasaran menunggu hasil akhirnya
Seleb Kota Jogja (SKJ)
Apakah SKJ akan meraih mimpinya, mengubah nasib dengan musik, dari Sampah Kota Jogja menjadi Seleb Kota Jogja? Temukan jawabannya 8 April 2010 di bioskop-bioskop kesayangan anda.
Tama ‘skj’
Juan Rangga ‘skj’
Cinta Laura Kiehl
Nindy
Karmela
Andy /rif
Jaja Miharja
Butet Kartaredjasa
Jumat, 26 Maret 2010
CD John Legend + Tanda Tangan Aslinya
Akhirnya...CD John Legend dari Sony Music Gue terima juga ada tanda tangan aslinya lagi :) ....hasil ikut tebak Foto Lala Karmela + Shandy Sandoro di Twitter. Terima Kasih SONY, terima kasih Lala n Shandy, terima kasih juga buat Twitter.. I'am Happy :)