Satu lagi penyanyi asal Indonesia berhasil dikenal di negeri tetangga, jauh lebih dulu daripada di negaranya sendiri. Kini, ia kembali ke Indonesia untuk membesarkan namanya di negeri sendiri.
Photo by: Dokumentasi Istimewa
Untuk yang belum mengenal seorang Lala Karmela, tolong gambarkan siapa Anda?
Saya suka musik dari kecil karena bokap musisi. Saya lahir dan besar di Jakarta, kuliah di D3 Universitas Indonesia, sempat bermain sinetron, dan pada akhirnya dapat kesempatan membuat album di Filipina di bawah Warner Music Filipina. Setelah 3 tahun di sana, saya kembali ke Indonesia dan dalam proses pembuatan album di bawah Sony Music yang rencananya rilis Oktober 2010.
Bagaimana ceritanya Anda bisa membuat album di Filipina?
Waktu itu sedang liburan dan mengunjungi keluarga di sana. Saat makan malam di sebuah kafe, saya ngejam dengan pengisi acara. Ternyata, setelah itu, ada orang-orang Warner Music yang ngajak saya berbincang-bincang dan menawarkan untuk membuat album di Filipina. Saya baru kembali ke Filipina setahun kemudian karena harus menyelesaikan kuliah dulu. Sebenarnya, tidak menyangka kalau kesempatannya datang di Filipina, padahal saya orang Indonesia. Itu namanya rezeki yang tidak bisa diduga.
Selama 3 tahun di Filipina, apa saja yang Anda lakukan?
Membuat album, menjalani promo dengan manggung sana-sini, merilis 3 single, sempat membuat iklan juga, dan berduet dengan artis Warner Music Filipina yang besar di sini, Christian Bautista.
Apa nama judul album Anda ketika Filipina dan meledakkah album itu di sana?
Judul albumnya Stars. Kalau untuk meledak atau tidaknya, saya kurang tahu. Tapi, responsnya cukup baik sekali karena ketika saya menjadi performing act untuk Click Five, banyak penonton yang sing a long lagu saya. Selain itu, saya juga mendapat nominasi Best New Female Artist, Best New Comer, dan duet dengan Christian Bautista juga mendapatkan nominasi Best Duet Perfomance.
Menurut Anda, lebih mudah mempopulerkan karya di negeri sendiri atau di negara lain?
Dua-duanya memiliki tantangan tersendiri. Waktu di Filipina lebih beradaptasi dengan 'iklim' musik dan audience di sana. Alhamdulillah semua berjalan lancar. Kalau di Indonesia, tantangannya lebih kepada selera musik masyarakat. Tapi, semua tantangan itu terdapat pelajaran, jadi dinikmati saja.
Anda digadang-gadang sejajar dengan Christian Bautista, bagaimana tanggapan Anda?
Ha-ha. Nggak lah. Christian lebih senior dan kariernya pun sudah bagus. Ketika dia terkenal di sini pun aku masih di sini. Kalau untuk disejajarkan dengannya nggaklah. I would humble my self to say no.
Anda sudah mendapatkan yang Anda mau di Filipina. Apa alasan kembali ke Indonesia?
Awalnya, balik ke Indonesia karena liburan. Lalu, Warner Indonesia dan Filipina setuju untuk merilis salah satu lagu yang berjudul “What About You” dan responsnya bagus. Selama liburan di sini, saya malah promo (media gathering, tur ke radio-radio) dan setelah itu kembali ke Filipina. Saat di Filipina, aku berpikir mungkin ini saatnya berkarier di Indonesia. Apabila lanjut di Filipina, saat kembali ke Indonesia mungkin saya sudah terlalu tua. Kebetulan, kontrak dengan Warner pun habis jadi saya memutuskan kembali ke Indonesia, kemudian sign kontrak dengan Sony Music.
Mengapa Anda memilih dunia tarik suara ketika kembali di sini? Bukan jadi artis sinetron saja yang notabene uangnya lebih cepat?
Karena passion saya di musik, sinetron bukan prioritas utama. Tapi, tidak tahu untuk ke depannya. Saya tetap akan memilih-milih peran bila nantinya saya terjun ke dunia sinetron.
Konsep Anda ketika di panggung itu solo atau band?
Saya adalah solo artist cuma kalau di atas panggung diiringi band yang personelnya saya pilih sendiri.
Apa genre musik Anda, dan adakah perubahan genre antara album di Filipina dan yang akan rilis di Indonesia?
Benang merahnya tetap sama, yaitu pop folk, hanya di album baru ini karena aku semakin dewasa, mengeksplorasi musik yang saya suka, juga bekerja sama dengan beberapa musisi senior, seperti Tohpati, Baron, dan lain-lain.
Lebih maju mana industri musik Indonesia dengan Filipina?
Bila dilihat dari jumlah penduduk yang hampir 200 juta dan RBT yang sedang maju, industri musik di Indonesia lebih maju dan lebih menguntungkan juga.
Apa yang Anda dapat setelah 3 tahun di Filipina?
Saya mendapat pengalaman banyak sekali khususnya dalam hal bermusik. Belajar beradaptasi dengan budaya dan crowd yang berbeda, merasakan manggung bareng dengan band-band besar dari Filipina, seperti River Maya.
0 komentar:
Posting Komentar